menu bar

Selamat Datang

Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog Ini Semoga Bermanfaat


10 Oktober 2014

Alat Peraga DOmino Matematika

A.      Pengertian Alat Peraga
Media pembelajaran adalah suatu alat yang dapat membantu siswa supaya terjadi proses belajar. Dengan menggunakan media pembelajaran diharapkan
  1.  siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman nyata sehingga materi pembelajaran mudah dipahami,
  2. dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,
  3.  dapat mendorong siswa mengingat apa yang sudah dipelajari.
Menurut Estiningsih(1994) alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan cirri-ciri dari konsep yang dipelajari. Fungsi utama dari alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, agar siswa mampu memahami arti dari konsep tersebut. Dengan melihat, meraba, memanipulasi obyek/alat peraga maka siswa mempunyai pengalaman dalam kehidupan sehari-hari tentang arti dari suatu konsep. Contoh dari alat peraga papan tulis, buku tulis, daun pintu yang berbentuk persegi panjang dapat berfungsi sebagai alat peraga pada saat guru membelajarkan mengenai konsep materi geometri datar, sedangkan pensil, kapur, lidi dapat berfungsi sebagai alat peraga pada saat memperkenalkan bilangan kepada siswa dengan cara membilang banyaknya anggota dari kelompok benda, sehingga pada akhir membilang akan ditemukan bilangan yang sesuai dengan kelompok benda tersebut.

28 Januari 2014

Evaluasi dalam Pengajaran

A.     Pengertian Evaluasi Dalam Pengajaran
Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan (Mehrens & Lehmann, 1978:5). Sesuai dengan pengertian maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses  sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data; berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan
Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran. Norman E. Gronlund (1976) merumuskan pengertian evaluasi sebagai berikut: "Evaluation . . . a systematic proocess of determining the extent to which instructional objectives are achie ved by pupils  (Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan  atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa.)
Dengan kata-kata yang berbeda, tetapi mengandung pengertian yang hampir sama, Wrightstone dan kawan-kawan (1956 : 16) mengemukakan rumusan evaluasi pendidikan sebagai berikut: "Educational evaluation is the estimation of the  growth and progress of pupils toward objectives or values in the curriculum. " evaluasi pendidikan ialah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah  tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum.)
Evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995) evaluasi  adalah  suatu  keputusan  tentang  nilai  berdasarkan  hasil  pengukuran. Sejalan  dengan  pengertian  tersebut,  Zainul  dan  Nasution  (2001)  menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.

24 Januari 2014

Berfikir Kritis Matematis

A. Pengertian Berfikir Kritis

Berpikir kritis adalah berpikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari situasi atau masalah. Termasuk di dalamnya mengumpulkan, mengorganisir, mengingat, dan menganalisa informasi. Berpikir kritis termasuk kemampuan membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan. Ini juga berarti mampu menarik kesimpulan dari data yang diberikan dan mampu menentukan ketidakkonsistenan dan pertentangan dalam sekelompok data.  Berpikir kritis adalah analitis dan refleksif. 
John Dewey dalam Fisher (2007: 2) mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakan ‘berpikir reflektif’ dan mendefinisikannya sebagai:
Pertimbangan yang aktif, persistent (terus-menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya.
Kemudian, Glaser dalam Fisher (2007:3) mendefinisikan kriteria berpikir kritis sebagai berikut:
1.     Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang;
2.     pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis dan
3.     semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut.
Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.