A. Pengertian Berfikir Kritis
Berpikir kritis
adalah berpikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek
dari situasi atau masalah. Termasuk di dalamnya mengumpulkan, mengorganisir,
mengingat, dan menganalisa informasi. Berpikir kritis termasuk kemampuan
membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan dan tidak
dibutuhkan. Ini juga berarti mampu menarik kesimpulan dari data yang diberikan
dan mampu menentukan ketidakkonsistenan dan pertentangan dalam sekelompok data.
Berpikir kritis adalah analitis dan refleksif.
John Dewey
dalam Fisher (2007: 2) mengemukakan bahwa berpikir kritis
merupakan ‘berpikir reflektif’ dan mendefinisikannya sebagai:
Pertimbangan yang aktif, persistent (terus-menerus),
dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima
begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan
kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya.
Kemudian, Glaser
dalam Fisher (2007:3) mendefinisikan kriteria berpikir kritis sebagai berikut:
1. Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang
masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang;
2. pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan
penalaran yang logis dan
3. semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode
tersebut.
Berpikir kritis
menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif
berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang
diakibatkannya.
Sedangkan Scriven
dalam Fisher (2007) berpendapat bahwa berpikir kritis merupakan pemahaman dan
evaluasi yang terampil pada observasi, komunikasi, informasi dan argumentasi.
Lebih
lanjut Paul and Elder (2005) mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah
proses menganalisa dan menilai berpikir dengan pandangan untuk meningkatkannya,
merupakan standar intelektual paling dasar untuk berpikir dimana sisi
kreatifnya adalah pembangunan berpikir sebagai hasil dari menganalisa dan
menilai secara efektif.
Berpikir kritis
merupakan suatu proses penggunaan kemampuan berpikir secara efektif yang dapat
membantu seseorang untuk membuat, mengevaluasi serta mengambil keputusan
tentang apa yang diyakini atau dilakukan. Sedangkan berpikir kreatif merupakan
suatu proses berpikir untuk mengungkapkan hubungan-hubungan baru, melihat
sesuatu dari sudut pandang baru dan membentuk kombinasi baru dari dua konsep
atau lebih yang sudah dikuasai sebelumnya (Suryadi dan Herman, 2008: 23)
Berpikir
kreatif sifatnya orisinil dan reflektif. Hasil dari keterampilan berfikir ini
adalah sesuatu yang kompleks. Kegiatan yang dilakukan di antaranya menyatukan
ide, menciptakan ide baru, dan menentukan efektifitasnya. Berpikir kreatif
meliputi juga kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya menemukan hasil akhir
yang baru.
Dua tingkat
berpikir terakhir inilah (berpikir kritis dan berpikir kreatif)
yang disebut sebagai keterampilan berpikir tingkat tinggi yang harus
dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Dalam hal ini akan dibahas mengenai
kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika.
Wijaya
(Ibrahim, 2007) menyatakan bahwa berpikir kritis mengarah pada kegiatan
menganalisa gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakan sesuatu hal secara
tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji, dan mengembangkan ke arah yang
lebih sempurna. Selanjutnya, John Chaffee (Ibrahim, 2007) mengartikan berpikir
kritis sebagai berpikir yang digunakan untuk menyelidiki secara sistematis
proses berpikir seseorang dalam menggunakan bukti dan logika pada proses
berpikir tersebut.
Pentingnya
keterampilan berpikir kritis dan kreatif dilatihkan kepada siswa, didukung oleh
visi pendidikan matematika yang mempunyai dua arah pengembangan, yaitu memenuhi
kebutuhan masa kini dan masa yang akan datang (Sumarmo, 2002)
Menurut Ennis (dalam Hassoubah, 2004), berpikir kritis
adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan
keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Oleh karena itu,
indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis
siswa sebagai berikut :
1.
Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan.
2.
Mencari alasan.
3.
Berusaha mengetahui informasi dengan baik.
4.
Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan
menyebutkannya.
5. Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.
6.
Berusaha tetap relevan dengan ide utama.
7.
Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.
8.
Mencari alternatif.
9.
Bersikap dan berpikir terbuka.
10. Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk
melakukan sesuatu.
11. Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila
memungkinkan.
12.Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian
dari keseluruhan masalah.
Beyer (dalam Hassoubah, 2004) mengatakan bahwa
keterampilan berpikir kritis meliputi beberapa kemampuan sebagai berikut :
(1)
Menentukan kredibilitas suatu sumber.
(2)
Membedakan antara yang relevan dari yang tidak
relevan.
(3)
Membedakan fakta dari penilaian.
(4)
Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak
terucapkan.
(5)
Mengidentifikasi bias yang ada.
(6)
Mengidentifikasi sudut pandang.
(7)
Mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung
pengakuan.
Sementara itu Ellis (dalam Rosyada, 2004) mengemukakan
bahwa
keterampilan berpikir kritis meliputi kemampuan-kemampuan sebagai berikut :
(1)
Mampu membedakan antara fakta yang bisa diverifikasi
dengan tuntutan nilai.
(2) Mampu membedakan antara informasi, alasan, dan
tuntutan-tuntutan yang relevan dengan yang tidak relevan.
(3)
Mampu menetapkan fakta yang akurat.
(4)
Mampu menetapkan sumber yang memiliki kredibilitas.
(5)
Mampu mengidentifikasi tuntutan dan argumen-argumen
yang ambiguistik.
(6)
Mampu mengidentifikasi asumsi-asumsi yang tidak
diungkapkan.
(7)
Mampu menditeksi bias.
(8)
Mampu mengidentifikasi logika-logika yang keliru.
(9)
Mampu mengenali logika yang tidak konsisten.
(10)
Mampu menetapkan argumentasi atau tuntutan yang paling
kuat.
Nickerson (dalam Schfersman,1991) seorang ahli dalam
berpikir kritis menyampaikan ciri-ciri orang yang berpikir kritis dalam hal
pengetahuan, kemampuan, sikap, dan kebiasaan dalam bertindak sebagai berikut:
(1)
Menggunakan fakta-fakta secara mahir dan jujur.
(2) Mengorganisasi pikiran dan mengartikulasikannya dengan
jelas, logis atau masuk akal.
(3)
Membedakan antara kesimpulan yang didasarkan pada
logika yang valid dengan logika yang tidak valid.
(4)
Mengidentifikasi kecukupan data.
(5)
Memahami perbedaan antara penalaran dan rasionalisasi.
(6)
Mencoba untuk mengantisipasi kemungkinan konsekuensi
dari berbagai kegiatan.
(7)
Memahami ide sesuai dengan tingkat keyakinannya.
(8)
Melihat similiritas dan analogi secara tidak dangkal.
(9)
Dapat belajar secara independen dan mempunyai
perhatian yang tak kunjung hilang dalam bekerjanya.
(10)
Menerapkan teknik problem solving dalam domain lain
dari yang sudah dipelajarinya.
(11)
Dapat menyusun representasi masalah secara informal ke
dalam cara formal seperti matematika dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah.
(12)
Dapat menyatakan suatu argumen verbal yang tidak
relevan dan mengungkapkan argumen yang esensial.
(13)
Mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan
implikasi dari suatu pandangan.
(14)
Sensitif terhadap perbedaan antara validitas dan
intensitas dari suatu kepercayaan dengan validitas dan intensitas yang
dipegangnya.
(15)
Menyadari bahwa
fakta dan pemahaman seseorang selalu terbatas, banyak fakta yang harus
dijelaskan dengan sikap non inquiri.
(16)
Mengenali kemungkinan keliru dari suatu pendapat,
kemungkinan bias dalam pendapat, dan mengenali bahaya dari pembobotan fakta
menurut pilihan pribadi.
Selain itu, Gokhale (1995) dalam penelitiannya yang
berjudul Collaborative Learning Enhances Critical Thinking menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan soal berpikir kritis adalah soal yang melibatkan
analisis, sintesis, dan evaluasi dari suatu konsep. Cotton (1991), menyatakan
bahwa berpikir kritis disebut juga berpikir logis dan berpikir analitis.
Selanjutnya menurut Langrehr (2006), untuk melatih berpikir kritis siswa harus
didorong untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal
sebagai berikut : (1) Menentukan konsekuensi dari suatu keputusan atau suatu kejadian;
(2) Mengidentifikasi asumsi yang digunakan dalam suatu pernyataan; (3)
Merumuskan pokok-popok permasalahan; (4) Menemukan adanya bias berdasarkan pada
sudut pandang yang berbeda; (5) Mengungkapkan penyebab suatu kejadian; (6)
Memilih fakor-faktor yang mendukung terhadap suatu keputusan.
Untuk Mendownload Materi Secara Lengkap klik DISINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar