menu bar

Selamat Datang

Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog Ini Semoga Bermanfaat


24 Januari 2014

Berfikir Kritis Matematis

A. Pengertian Berfikir Kritis

Berpikir kritis adalah berpikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari situasi atau masalah. Termasuk di dalamnya mengumpulkan, mengorganisir, mengingat, dan menganalisa informasi. Berpikir kritis termasuk kemampuan membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan. Ini juga berarti mampu menarik kesimpulan dari data yang diberikan dan mampu menentukan ketidakkonsistenan dan pertentangan dalam sekelompok data.  Berpikir kritis adalah analitis dan refleksif. 
John Dewey dalam Fisher (2007: 2) mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakan ‘berpikir reflektif’ dan mendefinisikannya sebagai:
Pertimbangan yang aktif, persistent (terus-menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya.
Kemudian, Glaser dalam Fisher (2007:3) mendefinisikan kriteria berpikir kritis sebagai berikut:
1.     Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang;
2.     pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis dan
3.     semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut.
Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.
Sedangkan Scriven dalam Fisher (2007) berpendapat bahwa berpikir kritis merupakan pemahaman dan evaluasi yang terampil pada observasi, komunikasi, informasi dan argumentasi.
 Lebih lanjut Paul and Elder (2005) mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah proses menganalisa dan menilai berpikir dengan pandangan untuk meningkatkannya, merupakan standar intelektual paling dasar untuk berpikir dimana sisi kreatifnya adalah pembangunan berpikir sebagai hasil dari menganalisa dan menilai secara efektif.
Berpikir kritis merupakan suatu proses penggunaan kemampuan berpikir secara efektif yang dapat membantu seseorang untuk membuat, mengevaluasi serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini atau dilakukan. Sedangkan berpikir kreatif merupakan suatu proses berpikir untuk mengungkapkan hubungan-hubungan baru, melihat sesuatu dari sudut pandang baru dan membentuk kombinasi baru dari dua konsep atau lebih yang sudah dikuasai sebelumnya (Suryadi dan Herman, 2008: 23)
Berpikir kreatif sifatnya orisinil dan reflektif. Hasil dari keterampilan berfikir ini adalah sesuatu yang kompleks. Kegiatan yang dilakukan di antaranya menyatukan ide, menciptakan ide baru, dan menentukan efektifitasnya. Berpikir kreatif meliputi juga kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya menemukan hasil akhir yang baru.
Dua tingkat berpikir terakhir inilah (berpikir kritis  dan berpikir kreatif)  yang disebut sebagai keterampilan berpikir tingkat tinggi yang harus dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Dalam hal ini akan dibahas mengenai kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika.
Wijaya (Ibrahim, 2007) menyatakan bahwa berpikir kritis mengarah pada kegiatan menganalisa gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakan sesuatu hal secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji, dan mengembangkan ke arah yang lebih sempurna. Selanjutnya, John Chaffee (Ibrahim, 2007) mengartikan berpikir kritis sebagai berpikir yang digunakan untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir seseorang dalam menggunakan bukti dan logika pada proses berpikir tersebut.
Pentingnya keterampilan berpikir kritis dan kreatif dilatihkan kepada siswa, didukung oleh visi pendidikan matematika yang mempunyai dua arah pengembangan, yaitu memenuhi kebutuhan masa kini dan masa yang akan datang (Sumarmo, 2002)
Menurut Ennis (dalam Hassoubah, 2004), berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Oleh karena itu, indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai berikut :
1.     Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan.
2.     Mencari alasan.
3.     Berusaha mengetahui informasi dengan baik.
4.     Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya.
5.     Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.
6.     Berusaha tetap relevan dengan ide utama.
7.     Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.
8.     Mencari alternatif.
9.     Bersikap dan berpikir terbuka.
10.  Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.
11.  Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.
12.Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah.
Indikator kemampuan berpikir kritis yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 1 adalah mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 3, 4, dan 7 adalah mampu mengungkap fakta yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu masalah. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 2, 6, dan 12 adalah mampu memilih argumen logis, relevan dan akurat. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 8 dan 10, dan 11 adalah mampu mendeteksi bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 5 dan 9 adalah mampu menentukan akibat dari suatu pernyataan yang diambil sebagai suatu keputusan.

Beyer (dalam Hassoubah, 2004) mengatakan bahwa keterampilan berpikir kritis meliputi beberapa kemampuan sebagai berikut :
(1)        Menentukan kredibilitas suatu sumber.
(2)        Membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan.
(3)        Membedakan fakta dari penilaian.
(4)        Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan.
(5)        Mengidentifikasi bias yang ada.
(6)        Mengidentifikasi sudut pandang.
(7)        Mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.

Sementara itu Ellis (dalam Rosyada, 2004) mengemukakan bahwa
keterampilan berpikir kritis meliputi kemampuan-kemampuan sebagai berikut :
(1)       Mampu membedakan antara fakta yang bisa diverifikasi dengan tuntutan nilai.
(2)     Mampu membedakan antara informasi, alasan, dan tuntutan-tuntutan yang relevan dengan yang tidak relevan.
(3)       Mampu menetapkan fakta yang akurat.
(4)       Mampu menetapkan sumber yang memiliki kredibilitas.
(5)       Mampu mengidentifikasi tuntutan dan argumen-argumen yang ambiguistik.
(6)       Mampu mengidentifikasi asumsi-asumsi yang tidak diungkapkan.
(7)       Mampu menditeksi bias.
(8)       Mampu mengidentifikasi logika-logika yang keliru.
(9)       Mampu mengenali logika yang tidak konsisten.
(10)  Mampu menetapkan argumentasi atau tuntutan yang paling kuat.

Nickerson (dalam Schfersman,1991) seorang ahli dalam berpikir kritis menyampaikan ciri-ciri orang yang berpikir kritis dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap, dan kebiasaan dalam bertindak sebagai berikut:
(1)       Menggunakan fakta-fakta secara mahir dan jujur.
(2)       Mengorganisasi pikiran dan mengartikulasikannya dengan jelas, logis atau masuk akal.
(3)       Membedakan antara kesimpulan yang didasarkan pada logika yang valid dengan logika yang tidak valid. 
(4)       Mengidentifikasi kecukupan data.
(5)       Memahami perbedaan antara penalaran dan rasionalisasi.
(6)       Mencoba untuk mengantisipasi kemungkinan konsekuensi dari berbagai kegiatan.
(7)       Memahami ide sesuai dengan tingkat keyakinannya.
(8)       Melihat similiritas dan analogi secara tidak dangkal.
(9)       Dapat belajar secara independen dan mempunyai perhatian yang tak kunjung hilang dalam bekerjanya.
(10)  Menerapkan teknik problem solving dalam domain lain dari yang sudah dipelajarinya.
(11)  Dapat menyusun representasi masalah secara informal ke dalam cara formal seperti matematika dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.
(12)  Dapat menyatakan suatu argumen verbal yang tidak relevan dan mengungkapkan argumen yang esensial.
(13)  Mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan implikasi dari suatu pandangan.
(14)  Sensitif terhadap perbedaan antara validitas dan intensitas dari suatu kepercayaan dengan validitas dan intensitas yang dipegangnya.
(15)  Menyadari bahwa fakta dan pemahaman seseorang selalu terbatas, banyak fakta yang harus dijelaskan dengan sikap non inquiri.
(16)  Mengenali kemungkinan keliru dari suatu pendapat, kemungkinan bias dalam pendapat, dan mengenali bahaya dari pembobotan fakta menurut pilihan pribadi.
Selain itu, Gokhale (1995) dalam penelitiannya yang berjudul Collaborative Learning Enhances Critical Thinking menyatakan bahwa yang dimaksud dengan soal berpikir kritis adalah soal yang melibatkan analisis, sintesis, dan evaluasi dari suatu konsep. Cotton (1991), menyatakan bahwa berpikir kritis disebut juga berpikir logis dan berpikir analitis. Selanjutnya menurut Langrehr (2006), untuk melatih berpikir kritis siswa harus didorong untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut : (1) Menentukan konsekuensi dari suatu keputusan atau suatu kejadian; (2) Mengidentifikasi asumsi yang digunakan dalam suatu pernyataan; (3) Merumuskan pokok-popok permasalahan; (4) Menemukan adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda; (5) Mengungkapkan penyebab suatu kejadian; (6) Memilih fakor-faktor yang mendukung terhadap suatu keputusan. 


Untuk Mendownload Materi Secara Lengkap klik DISINI

Related Posts by Categories



Tidak ada komentar:

Posting Komentar